Minggu, 04 Maret 2018

Published Maret 04, 2018 by with 1 comment

Gay dan Stereotipe Masyarakat



Gay dan Stereotipe Masyarakat


100% Opini saya

Perlahan anggapan buruk saya mengenai kaum gay berkurang semenjak mengenal kawan saya ini. Sebut saja Ian. Sudah tiga tahun ini saya mengenal baik dirinya. Bermula dari dari sebuah film Thailand ternyata kami memiliki selera film yang sama. Sama-sama suka film dari negeri gajah putih.  Bermula dari situlah kami sama-sama berselancar mencari film-film terbaik dari Thailand. Hingga suatu hari salah satu film bertema gay ditawarkan padaku untuk ditonton bersama.  Merasa penasaran aku memutuskan untuk menonton bersama Ian dan saling berbincang mengenai industri film Thailand yang banyak di dominasi dengan tema gay. Pada akhirnya Ian mengaku bahwa dirinya menyukai film bertema gay karena dirinya yang juga seorang gay.

                Ketika saat itu, saya harus dihadapkan pilihan yang cukup berat. Berhenti berteman dan kehilangan teman berbincang yang cerdas, atau tetap berteman meski dengan seorang gay. Mengingat stereotip negatif yang berkembang di kalangan masyarakat terhadap kaum gay, saya sempat terpengaruh sehingga sempat terbesit ketakutan saya ketika saya harus berteman dengannya. 

                Adanya kasus penggrebegan tempat gym dan sauna di Jakarta beberapa waktu lalu menambah kuat opini buruk masyarakat sebagian masyarakat.  Beberapa orang menganggap gay adalah sebuah penyakit masyarakat yang perlu dimusnahkan. Embel-embel generasi bermoral indonesia selalu dikoarkan dan disangkut pautkan hanya demi menolak adanya kaum gay. Pandangan buruk masyarakat mengenai kaum tersebut bahkan semakin berkembang saat ini. Apalagi masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama. Banyak masyarakat yang menghubungkan gay dengan agama. Opini mereka tentang gay yang melanggar ketentuan agama, nilai, dan norma selalu dikoarkan. Menganggap gay adalah sesuatu yang hina. Bahkan tak sedikit masyarakat berpikir bahwa gay kerap dihubungkan dengan dunia malam, seks bebas, bergonta-ganti pasangan, bahkan HIV dan AIDS.
                Saat ini masyarakat Indonesia sedang gencar menutup beberapa situs media sosial gay seperti aplikasi Blued dan Grindr. Masyarakat khawatir apabila kaum gay akan semakin mudah untuk berkomunikasi dan jaringan kaum gay akan semakin banyak di Indonesia. Mengingat Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai, moral, dan agama, tak sedikit masyarakat yang mendukung pemblokiran beberapa situs tersebut. 

                Gay dapat menular. Anggapan ini juga sering sekali saya dengan dari beberapa orang. Seolah gay adalah adalah penakit yang menyebar lewat virus. Masyarakat beranggapan bahwa awal mula seseornag dapat terjerumus dalam dunia gay adalah karena lingkungan. Masyarakat seolah mematenkan pendapat mereka mengenai hal itu. Masyarakat tidak pernah berpikir adakah faktor lain yang dapat ditoleransi mengenai perkembangan gay. Jika Ian, kawan saya yang selama hidupnya tidak pernah bergaul dengan dunia gay dan tidak pernah dibesarkan dalam didikkan orang tua yang salah apakah masyarakt masih saya menganggap gay adalah semata-mata datang dari lingkungan? Ian adalah orang yang cerdas. Banyak prestasi yang diraihnya selama ia bersekolah dan berkuliah.

Terakhir dia bahkan diberi kesempatan untuk mengikuti sebuah konferensi pemuda berprestasi di beberapa negara. Berbicara soal agama, Ian adalah seseorang yang sangat religius. Tutur katanya juga sangat baik. Bagaimana dengan pergaulannya? Dia jauh dari kata dunia malam. Apalagi seks bebas. Berpacaran pun tidak pernah. Hanya saja satu hal yang sekarang masih menjadi polemik dalam diri Ian. Dia hanya bisa menyukai sesama jenisnya. Beberapa kali ia jatuh cinta dengan seorang lelaki. Ketakutan Ian akan anggapan buruk masyarakat membuat ia cinderung menutupi jati dirinya. Padahal semua anggapan masyarakat terhadap kaum gay justru bertolak belakang dengan kehidupan Ian yang sesungguhnya. 
                Dengan siapa Ian terbuka? Ian hanya dapat terbuka dengan tema yang ia anggap bisa menjaga rahasianya. Ian juga menggunakan sebuah media sosial yang menghubungkannya dengan kaum gay lainnya. Sempat saya bertanya media sosial apakah yang ia pakai, dan apakah itu semata-mata untuk mencari pasangan. Ian menjawab bahwa semua anggapan saya itu salah. Ternyata terdapat sebuah media sosial gay yang jauh dari hal-hal buruk seperti apa yang dianggap masyarakat kebanyakan. Justru media sosial tersebut dimanfaatkan mereka, kaum gay untuk lebih produktif terutama soal kepenulisan. Sebuah media sosial ini mirip seperti star up yang memfasilitasi beberapa creator nya untuk membuat sebuah cerita baik cerpen, cerbung, artikel yang berisi informasi, serta seputar kesehatan terutama kesehatan seksual. Media sosial tersebut justru mengkapanyekan untuk menjauhi seks bebas dan melindungi diri dari HIV AIDS yang memang kerap menimpa beberapa diantara mereka. 

                Adalah suatu hal yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Anggapan buruk saya tentang buruknya kaum gay kini sedikit memudar. Meski dalam diri saya tetap menyakini bahwa gay adalah perbuatan menyimpang, namun saya tetap berpikir positif. Selama orang gay mampu menjaga dirinya dengan baik, produktif, cerdas, dan tidak membawa pengaruh buruk bagi hidup saya, mengapa saya harus berhenti berteman dengannya hanya karena dia adalah seorang gay. Opini buruk masyarakat tentang gay bukanah seratus persen salah. Namun bisa saja salah, karena tidak semua orang gay adalah orang yang hina. Sama seperti kaum heteroseksual, dimana tetap saja akan ada diantara mereka yang berperilaku baik maupun buruk. Kaum heteroseksual bukan tidak mungkin juga akan melanggar norma dengan perilaku seks bebas mereka dan pergaulan bebas mereka. Sama halnya dengan kaum gay. Ada diantara mereka yang tetap berada di jalur aman, namun ada pula mereka yang melanggar norma. 

                Stereotipe buruk terhadap suatu kaum minoritas, penghinaan, diskriminasi menurut saya bukanlah jalan terbaik untuk mengembalikan kaum minoritas ini untuk kembali ke jalan yang benar. Justru akan mematikan produktifitas mereka. Mahasiswa UI banyak yang gay, bahkan salah satu pencipta facebook pun adalah seorang gay. Salah satu cara untuk membantu mereka kembali ke jalan yang benar adalah melalui pendekatan yang baik, membawa mereka ke kehidupan yang wajar dengan cara yang wajar pula.
    email this       edit

1 komentar:

  1. Aku setuju sama kamu...

    Cara membantu mereka yang LGBT tidak dengan penggrebekan maupun sweeping yang kadang tidak manusiawi, bagaimanapun juga mereka manusia yang memiliki human rights. Tapi dengan pendekatan dari sisi psikologis mereka....

    BalasHapus