Menjadi lebih Baik dengan Ilmu Komunikasi
Eka PW
Memang benar. Tuhan mengatur jalan hidup kita bukan
sesuai yang kita inginkan, namun karena sesuatu yang terbaik untuk kita. Saya
Eka. Lahir 19 tahun silam. Pernah bermimpi menjadi seorang Tenaga medis yang
handal. Namun mimpi itu belum terwujud dan mungkin tak akan pernah terwujud .
Karena disinilah saya sekarang, di Fakultas Ilmu Sosial jurusan Ilmu komunikasi
UNY. Tak sesuai harapan memang. Tapi kini, saya mulai menikmatinya.
Hampir berjalan 2 semester kuliah saya di Jurusan Ilmu
Komunikasi UNY. Mulai ada susah senangnya. Tak seperti dulu saat awal-awal
semester yang banyak susahnya. Bukan karena tak suka dengan apa yang
dipelajari. Tapi status Prodi yang kuambil ini bikin bingung dan ragu. Pasalnya
boro-boro akreditasi C. Di pamflet sebaran UNY saja ditulis akreditasi prodi
ini adalah "prodi baru". Akreditasi apa itu. Ditambah lagi saya harus
dapat kawan-kawan baru yang sebagian besar cerewet. Bertolak belakang sekali
dengan saya. Saya hanya cerewet dengan teman dekat saya saja. Cukup sulit bagi
saya untuk melebur cepat dengan kawan baru. Terkadang saya harus berbulan-bulan
untuk bisa bercanda tawa lepas dengan kawan baru. Sempat dalam diri saya
merasa bahwa saya sepertinya tak akan bertahan lama disini. Saya merasa suatu
saat saya akan terlempar dari kawan-kawan saya ini karena saya susah bergaul.
Tapi kini, setelah sekian lama. Pandangan negatif dan
rasa pesimis saya mulai perlahan menghilang. Saya berusaha menikmati setiap
saat saya menjalani perkuliahan ini. Tentu saja sebagai wujud tanggung jawab
saya yang sudah memilih sendiri jurusan ini. Selepas tak direstuinya saya oleh
orang tua kuliah di jurusan Ahli Gizi di poltekes. Dan mengharuskan saya
memilih alternatif lain. Awalnya saya memilih jurusan biologi entah di UNY atau
UGM. Namun sama saja orangtua saya sama tak yakinnya dengan pilihan saya ini.
Hingga muncul pikiran untuk masuk komunikasi.
Saya pikir apabila saya masuk komunikasi, sifat saya
yang dulunya agak pendiam dan pasif bisa berubah. Biasalah anak IPA kebanyakan
pendiam. Membuat saya juga ikut-ikutan teman saya yang pendiam. Bisa saja jika
saya masuk di jurusan ini, saya bisa lebih komunikatif. Apalagi diiming-imingi
banyak macam pekerjaan yang menanti para lulusan ilmu komunikasi. Syukur-syukur
saya bisa jadi public speaker yang handal. Dan terkadang saya suka berpikir
bisa saja kalau saya masuk di sekolah medis orang tua saya bisa makin kere
karena biaya yang mahal. sedangkan kalau di Ilmu komunikasi biayanya kan tak
semahal kalau sekolah medis.
Mendaftarlah saya kemudian di Ilmu Komunikasi UNY
melalui SNMPTN sebagai piliha pertama. Masa bodoh mau diterima atau
tidak. Kan saya juga akan mencoba untuk ikut sbmptn dan utul biologi di UGM
atau UNY. Itu kan hanya alternatif saja. Yang kira-kira bisa saya jangkau
dengan nilai-nilai saya di sekolah. Tapi ternyata setelah beberapa minggu
pengumuman datang dan saya dinyatakan diterima. Senanglah hati orang tua
saya. Bahkan nenek saya ikut terharu. Pasalnya saya bisa masuk PTN tanpa tes.
Sepertinya nenek saya teringat saat betapa susahnya sepupu saya yang juga
cucunya itu sangat kesulitan mencari PTN.. Melihat hal itu semua dukungan
kepada saya untuk melanjutkan di UNY ini mengalir. Didukung lagi Ayah saya yang
juga bekerja sebagai pegawai di UNY membuat Orang tua saya berpikir akan mudah
saat mengontrol saya selama kuliah.
Akhirnya, saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah
saya di ilmu komunikasi UNY. Saya mencoba melupakan keinginan saya masuk ke
sekolah medis. Saya harap selama pembelajaran saya di Ilmu komunikasi ini, saya
dapat merubah diri saya menjadi lebih baik. Menjadi seorang yang komunikatif.
Selepas saya menjadi orang yang belerja di bidang komunikasi atau tidak yang
terpenting saya dapat mendapat pekerjaan yang layak. Saya menginginkan menjadi
seorang dosen nantinya. Saya ingin melanjutkan S2 saya di psikologi.
0 komentar:
Posting Komentar