Selasa, 12 Desember 2017

Published Desember 12, 2017 by with 0 comment

Kabar Surat Kabar Semenjak Munculnya Media Baru



Kabar Surat Kabar
Semenjak Munculnya Media Baru (Internet)
Eka Putriyana Widyastuti/16419141010

Surat kabar menjadi sangat berperan dalam penyampaian informasi sejak era Hindia Belanda. Ditandai munculnya surat kabar berbahasa belanda Batavia en Politique dan setelahnya munculnya Medan Prijaji, surat kabar yang dibuat dengan bahasa Indonesia oleh seluruh tenaga kerja yang juga dari Indonesia. Seiring berjalannya waktu surat kabar hampir tergerus keberadaannya sejak munculnya media baru yaitu radio yang merupakan media komunikasi berupa audio. Radio dianggap lebih mudah dalam menyampaikan pesan dan bentuk modernitas dalam penyampaian informasi. Sama seperti halnya surat kabar, keberadaan radio sempat dipertanyakan keeksisannya setelah munculnya media audio visual televisi. Radio dan surat kabar seolah menjadi media yang terpinggirkan dan bukan lagi menjai prioritas masyarakat dalam mencari sumber informasi. Namun di masa itu, dimana radio dan televisi muncul keberadaannya, surat kabar mampu mempertahankan dirinya menjadi media cetak yang menjadi sumber informasi yang literat. Ketiga media tersebut mampu berjalan berdampingan seiring waktu. Meski perkembangan media cetak tahun demi tahun mengalami pernurunan semenjak adanya media baru tersebut.
Dilansir dari data Serikat Perusahaan Pers (dh/Serikat/ Penerbitan Surat Kabar/SPS) tahun 2013 menyebutkan, bahwa di tahun 2011, jumlah penerbitan media cetak adalah sejumlah 685 baik koran harian maupun mingguan dengan jumlah tiras atau keterjualan mencapai 10,5 juta eksemplar. Di tahun 2012, jumlah penerbitan menurun menjadi 630 penerbitan dengan tiras 10 juta eksemplar. Dan di tahun 2013, jumlah penerbitan semakin menurun menjadi 514 penerbitan dan tiras sejumlah 10 juta eksemplar. Dan di tahun 2017 ini, ketua SPS Ahmad Djauhar, memprediksi bahwa masih akan terjadi penutupan media cetak hingga akhir 2017, yang disebabkan menurunnya pemasukan utama yakni iklan yang turun hingga 40%. Melihat hal tersebut, lalu bagaimanakah nasib dari surat kabar saat ini sebagai akibat datangnya media baru?

Kabar Surat Kabar Konvensional di Berbagai Negara

Dilansir dari Pressreader, Di Asia seperti China dan India minat baca khalayak terhadap surat kabar konvensional atau cetak masih sangat tinggi meskipun internet sudah berkembang luas disana. Diperkirakan selama lima tahun kedepan, terhitung dari tahun 2015, China dan India diperkirakan masih mempertahankan eksistensi surat kabar. Mengingat minat baca dan tumbuhnya literasi media yang tinggi di kalangan masyarakat disana, membuat sebagian besar khalayak suka membaca dan memanfaatkan surat kabar untuk mencari sumber informasi yang layak. Sedangkan gerusan digital media sangat terasa di kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Telah banyak surat kabar yang tutup dan beralih ke digital. The New Day yang baru saja didirikan pada tahun 2016, hanya berumur selama satu tahun dan kini telah beralih ke digital media. Penurunan global media cetak dan koran yang terjadi Eropa dan Amerika tersebut juga akan dirasakan di Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan menjadi 400 surat kabar yang bertahan di akhir tahun 2017 ini.
Di Indonesia telah banyak dijumpai berbagai surat kabar dalam bentuk media online. Kompas.com, Detik.com, Tempo.co, BBC News dan sebagainya adalah contoh dari beberapa surat kabar memanfaatkan peluang perubahan media untuk melebarkan sayapnya. Mereka memahami apa yang masyarakat perlukan saat ini. Kebutuhan informasi yang cepat dan up to date yang dibutuhkan masyarakat menjadikan momen ini sebagai kesempatan beberapa surat kabar untuk tidak hanya berhenti dengan media cetak saja namun semakin merambah pula ke media online.  Media online memberikan fasilitas bagi khalayak untuk mendapatkan banyak berita baru, mudah, cepat, dan murah setiap hari. Ditengah kesibukan khalayak, mereka akan dengan mudah menjangkau segala informasi berita tanpa membawa sebuah koran kertas, hanya dengan telepon pintar mereka masing-masing.
Hadirnya Internet Dianggap Peluang
Kini media tidak hanya lagi berupa cetak, audio visual seperti radio dan televisi, namun merambah ke media online sejak datangnya internet. Radio dan televisi konvensional mulai tergerus sejak adanya internet. Lalu bagaimana dengan surat kabar, media yang terbentuk sebelum adanya radio dan televisi? Perubahan media saat ini, telah menjadi sebuah tantangan dan peluang bagi surat kabar di Indonesia. Menurut Stoltz (1997) dalam jurnal R.Masri (2013: 1) mengatakan bahwa perubahan (changes) selalu mengandung dua kemungkinan, yakni ancaman dan peluang. Bagi orang mempunyai jiwa optimis akan menganggap hal tersebut adalah peluang besar untuk melebarkan sayap industri media, namun bagi orang yang pesimis justru akan mengancam pondasi industri medianya.
 Dari hasil wawancara yang kutip dari laman BBC.com bersama Nukman Lutfhie, Direktur Virtual Consulting, sebuah perusahaan konsultan media dan internet di Jakarta mengatakan bahwa sekarang ini di Indonesia, rata-rata orang menghabiskan waktu 2,3 jam perhari, internet 2 jam, sementara membaca koran hanya 34 menit. Sedangkan menurut data dari APJII (Asosiasi Jasa Pengguna Internet Indonesia) pada tahun 2013 ada sebanyak 82 netizen dan hingga pertengahan 2017 ini telah terjadi peningkatan jumlah netizen menjadi 145 juta netizen diiringi semakin menurunnya jumlah penerbitan media cetak dan keterjualannya. Itu berarti, khalayak kini tidak lagi memprioritaskan media cetak sebagai sumber informasi mereka. Adanya internet membuat khalayak semakin beralih ke media online dengan bukti semakin meningkatnya jumlah netizen di tahun 2017 ini. Menyikapi hal ini, bagi industri media cetak yang peka terhadap kemajuan teknologi, akan memposisikan dirinya sesuai dengan perkembangan teknologi tersebut. Mereka berangsur-angsur akan mentransformasikan dirinya menjadi media online demi memahami kebutuhan khalayak yang semakin menginginkan datangnya informasi dengan cepat, mudah, dan murah.
Khalayak kini tidak banyak yang memilih membaca berita utama pada koran atau media cetak. Berita utama sudah dipublikasikan lebih cepat melalui media online. Surat kabar kini hanya dibutuhkan khalayak hanya sebatas untuk mengambil informasi berupa opini, tokoh, dan sosok. Apalagi isu-isu less paper yang kian gencar disebarluaskan ke masyarakat luas, membuat sebagian khalayak menyadari pentingnya menghemat kertas dan lebih memilih menggunakan gadget mereka dan beralih ke e-paper yang juga kian mudah diakses melalui jaringan internet yang semakin mudah diakses di Indonesia.
Pengaruhnya bagi Khalayak
Media online yang menyajikan berita dengan cara yang berbeda inilah yang menimbulkan dampak serius bagi khalayak. Bagaimana dengan tingkat kemampuan baca mereka terhadap wacana? Keadaan semakin diperparah dengan banjirnya informasi dari berbagai media online di setiap detiknya membuat banyak khalayak sulit memfilter berbagai informasi yang masuk. Khalayak semakin sulit membedakan mana wacana yang seharusnya dibaca maupun yang tidak. Khalayak kini tidak lagi belajar memahami isi atau peristiwa dalam berita namun hanya mengingat berita tentang apa tanpa paham bagaimana isinya. Cepatnya informasi yang didapat dari media online, membuat khalayak tidak membaca berita sampai ke akarnya. Terkadang kemampuan mereka hanya sebatas membaca cepat dan bahkan hanya membaca headline-nya saja.
Secara umum media mempunyai tujuan agar khalayaknya mempelajari peristiwa, tetapi media tidak berusaha mengajar orang-orang tentang hal-hal yang ada dalam berita. (McQuail: 1987: 246). Media online ini akan sangat bermanfaat bagi khalayak apabila khalayak mampu mengontrol dengan baik penggunaan media online internet tersebut. Khalayak diharapkan mampu memilih wacana berita sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing atau sesuai dengan bagian mana yang ingin dibaca sehingga yang lain bisa diabaikan bila merasa perlu diabaikan. Dengan begitu kepahamanan khalayak terhadap isi wacana akan lebih tinggi dibanding khalayak membaca semua berita namun tidak sampai ke akarnya.
Dalam meningkatkan pemahaman terhadap wacana dalam media online, perlu adanya sebuah kontrol komunikasi internet yang interaktif. Menurut Williams, Rice, dan Rogers 1998 dalam Jurnal Hadi (2009: 75) mengatakan bahwa kontrol komunikasi internet ada pada pengguna. Internet mampu memberikan informasi dari pada sekedar persuasi. Internet bukan sekedar menawarkan suatu hal untuk bersenang-senang. Jika khalayak dapat menggunakan internet dengan baik, maka ia akan mendapatkan beragam informasi dengan mudah dan benar. Sesuai dengan fungsi media, dimana sebuah media termasuk internet berfungsi untuk to inform, to educate, to persuade, dan to entertain. Jika khalayak ingin menggunakan internet untuk mencari informasi yang benar, maka khalayak perlu menggunakan internet sesuai dengan fungsinya yaitu to inform. Ada banyak sumber berita di internet yang menjamur. Maka perlu khalayak mencari sumber berita yang benar. Walaupun secara tidak sadar, internet mampu memberikan fungsi to persuade atau mempengaruhi pola pikir khalayak, namun khalayak perlu memfilter mana yang seharusnya perlu diikuti atau yang tidak perlu diikuti. Banyaknya komentar ujaran kebencian dan komentar provokatif di media online saat ini, membuktikan bahwa internet juga memberikan fungsi to persuade, meskipun hal tersebut seharusnya berimbas positif atau ajakan kebaikan namun realitanya banyak pengguna internet yang menggunakan internet untuk menulis wacana yang provokatif.
Perlunya Koran Beradaptasi
            Internet tidak akan mematikan peredaran koran. Justru akan memberikan peluang besar bagi industri media cetak untuk perlahan menyesuaikan jaman. Tidak ada salahnya apabila koran memperbaiki tampilannya. Koran yang semua merupakan media cetak, tidaklah mengapa apabila menambahkan elemen lain di dalam tubuhnya. Koran yang merupakan media cetak akan tetap bertahan, namun sebaiknya beriringan dengan perkembangan jaman. Artinya, koran tidak harus menjadi egois menganggap sebagai satu-satunya media cetak dan paling diutamakan. Mengingat kebutuhan khalayak akan informasi yang cepat, murah, dan mudah di akses, ada baiknya koran mengembangkan diri menjadi media online pula.
            Banyak koran yang pada akhirnya mati seperti sinar harapan dan harian bola. Kebanyakan karena kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi. Sehingga menganggap internet adalah pembunuh media cetak. Padahal bila membaca peluang, justru dengan internetlah mereka akan bertahan. Seperti harian kompas, yang juga mengembangkan dirinya menjadi media online namun tetap mempertahankan komitmen mereka sebagai penyaji berita akurat melalui media cetak, mengingat banyaknya media online yang tidak mengedepankan jurnalismenya dan hanya untuk meningkatkan traffic-nya, Kompas, menganggap bahwa media online adalah skoci pada perahu. Tetap dibutuhkan, namun lebih baik menggunakan perahu dahulu sebelum skoci. Lebih baik tetap membaca media cetak, mengingat banyak tulisan berkualitas disana, meski tetap mengandalkan media online dalam kondisi terentu. (https://www.kompasiana.com/pepihnugraha/bukan-saatnyasenjakalakami_568babb1f4927
3920975 c22b diakses tanggal 13 Desember 2017)


           





Daftar Pustaka

Imran, Hasyim Ali. 2012. “Surat Kabar dan Khalayak: Sebuah Tinjauan”. Jurnal INSANI STISIP. No 12. Juni 2012. Hal 50.
Putra, R Masri Sareb. 2013. “Studi Kasus Migrasi Kompas Analog ke E-Paper dan Online”. Jurnal Ultima Humaniora. Vol 1 No 1. Maret 2013. Hal 1.
McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar. Jakarta. Edisi Kedua: Erlangga. Hal 246.
Hadi, Ido Prijana. 2009. Perkembangan Teknologi Komunikasi dalam Era Jurnalistik Modern. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA. Vol 3 No 1. Januari 2009. Hal 75.
Inc.https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/20170704/281749859377136 diakses pada 29 November 2017
http://id.m.spsindonesia.org/ Diakses tanggal 11 Desember 2017
https://www.kompasiana.com/pepihnugraha/bukan-saatnya senjakalakami_568babb1f49273920975c22b diakses tanggal 13 Desember 2017






Read More
    email this       edit

Selasa, 03 Oktober 2017

Published Oktober 03, 2017 by with 0 comment

Untuk Merayakan Tahun ke-7

Untuk Merayakan Tahun ke-7

Kau akan menjadi saksi bila kau menyadarinya. Ketika tahun demi tahun berlalu, dan kau menjadi satu satunya alasan mengapa perubahan itu terjadi.

Tahun pertama, ketika aku masih menjadi seratus persen diriku. Masih dengan otak bodohku, sifat cupuku, dan segala ketakutanku. Kamu menjadi objek pertama yang membuatku semakin mempersalahkan apa yang terjadi pada diriku. Ketika itu, terbesit dalam diriku untuk merubah semua kekuranganku. Mulai saat itu, aku belajar. Karena aku tahu kamu suka orang yang pintar.

Tahun kedua dan les matematika

Aku tahu aku bodoh. Makanya aku belajar. Meski aku belajar diantara orang-orang pintar, aku percaya nantinya akan lebih pintar dari mereka. Aku les matematika. terus saja les meski nilai di kelasku masih saja dibawah 5. Alasanku satu. Aku ingin pintar. Dan mungkin kamu juga. Karena kita belajar di tempat yang sama. Meski pasti nilaimu jauh lebih mendingan daripada aku. Aku tahu kamu suka orang pintar. Kamu juga pasti ingin pintar. Biar sama sama pintar. Pasti dua orang pintar jika bersatu akan luar biasa. Makanya aku belajar matematika, biar dibilang pintar. Kamupun begitu. Bedanya kamu belajar bukan karena bodoh dan ingin dibilang pintar tapi memang kamu ingin pintar.

Di tahun ini pula, kamu menemukan orang pintar. Orang itu jadi milikmu. Seiring kamu yang juga sudah jadi pintar beneran.
Lalu aku? Aku masih belajar.

Tahun ketiga
Aku sudah tidak cupu dan penakut meski masih saja bodoh. Alasannya karena di tahun ini rok ku sudah mengecil, jilbabku sudah segiempat, dan aku tak lagi pakai tas kura-kura. Aku juga sudah tidak pakai sepeda. Aku sudah naik motor, meski aku parkirkan di rumah temanku yang dekat dengan sekolah. Kenapa kubilang aku masih bodoh? Karena aku tidak punya sim. Sudah sekian kali aku berurusan dengan polisi karena ketilang. Yah itu saja sih alasanku bodoh. Karena saat itu nilaiku merangkak naik. Aku bahkan dapat 10 besar disalah satu kelas terbaik di sekolah terfavorit hahaha. Alasanku satu. Aku ingin pintar. Aku ingin aku belajar di sekolah yang sama lagi denganmu saat masa abu abu nanti. Ujianku saat itu juga hasilnya baik. Mati matian aku belajar demi masuk ke sekolah yang sama denganmu. Karena aku tahu kamu pintar, maka aku juga harus pintar.

Tahun keempat, putih abu-abu. Yes berhasil. Semuanya lancar. Kamu diterima dan aku juga. Begitupula pacarmu. Sepertinya persaingan semakin ketat nantinya.

Lagi-lagi kita belajar di atap yang sama. Papan tulis yang sama. Guru dan teman yang sama. Jadwal yang sama pula.

Hari-hariku senang. Kata demi kata kita tukar. Semakin dekat. Dari yang jauh menjadi teman. Dalam hati aku ucapkan, mari kita sama sama belajar. Dan saat itu kita sama sama bodoh. Rankingku merosot, dan kamu juga. Sudahlah yang penting aku mengenalmu dan kamu mengenalku. Bukan hanya aku yang mengenalmu.

Tahun kelima

Mau jurusan apa? IPA? IPS?
Mau minat apa? Ekonomi? Bahasa Inggris?

Jurusanku : IPA
Jurusanmu : IPA

Peminatanku : Ekonomi
Peminatanmu : Bahasa Inggris

Yahhh kita tak akan satu papan tulis lagi. Yang terpenting kita akan sama sama pintar.

Kenapa IPA? Sudah kubilang aku ingin dibilang pintar. Berhubung aku sedikit lebih pintar, makanya masuk IPA. Lagian aku juga ingin jadi orang jitu matematika dan segala bentuk eksakta lainnya. Biar kayak profesor nantinya. Kalau aku nanti jadi orang pintar, pasti kamu suka aku.

Satu tahun itu aku belajar eksakta. Dengan teman temanku yang alim aku juga belajar bagaimana menjadi seorang yang anggun dan lembut. Tapi tidak cupu. Dan tetap serius.

Tapi ditengah tengah tahun, sepertinya aku jenuh. Jadi kusisipi hari hariku dengan jadi penari modern di sekolah. Lumayan bisa tampil di even even. Dan tentu aku jadi ga cupu lagi.

Bagaimana denganmu? Sepertinya skill olahragamu makin bagus. Sempurna sudah dirimu jika kamu benar benar pintar dan terampil. Aku makin menggila cari cara agar semakin trampil seperti dirimu.

Yap, kamu yang jadi acuanku. Bukan pacarmu. Aku tau dia pintar. Tapi aku tak tertarik seperti dirinya. Sehingga aku bisa jadi saingannya. Aku tertarik menjadi seperti dirimu. Alasannya karena aku ingin aku sepadan denganmu. Menjadi seperti kamu. Semangatmu aku tiru.

Tahun keenam, sedihnya berpisah
Aku ingin jadi ahli gizi
Kamu? Aku tidak tahu.

Parah. Sebenernya ini tahun menyakitkan bagiku. Aku sedang krisis kepercayaan diri. Aku pesimis besar. Aku bahkan tidak dapat mengkontrol diriku.

Aku tidak bisa semua mata pelajaran yang akan diujikan di ujian nasional. Aku menolak tegas les yang menguras tenagaku. Alahasil banyak pelajaran yang tidak aku kuasai.

Disisi lain aku masih memegang teguh cita citaku. Aku ingin masuk UGM Ahli Gizi. Aku harus belajar. Berhenti menyalahkan diriku yang kurasa aku kembali menjadi orang bodoh saat itu. Stop melihat raut wajahnya yang justru semakin membanggakan didepanmu. Kembali fokus pada diriku.

Aku coba melupakan sejenak dirimu. Semangatmu mungkin tidak jadi acuanku lagi. Lah, aku patah hati. Kenapa patah hati? Pikir saja sendiri. 6 tahun berlalu aku mendewakannya. Dan tak ada satupun tahun dimana ia mendewikanku.

Aku fokus tujuanku. Dengan terpaksa aku ambil les agar aku bisa kerjakan semua soal saintek. Masa bodoh. Aku tidak akan mengikutimu. Toh kamu tidak mengikutiku.

Tentor fisikaku kompor. Dia menyuruhku melanjutkan studi ke manajemen. Alasannya karena aku sukses dengan bisnis buku soal soal ujian dan meraub untung yang menurutnya besar. Walau menurutku tidak. Iyalah karena aku harus membagi dengannya.

Tapi aku bersikeras dengan tujuanku. Aku ingin konsisten dengan cita cita awalku.

Bagaimana dengan dirimu?
Aku dengar kamu tertarik dengan broadcasting. Bahkan aku dengar kamu ingin masuk ke salah satu sekolah tinggi khusus broadcasting. Waw hebat ya dirimu. Pilihanmu antimainstream ditengah anak anak eksakta yang konservatif. Ah sudahlah toh itu tak berpengaruh denganku.

Bulan-bulan menegangkan

Ajaib... endingnya aku di ilmu komunikasi dekat dengan broadcasting...
Dan kamu? Ah itu yang itu. Kebalikan dengan diriku.

Takdir ya takdir.

Kita berpisah. Salam perpisahan. Semoga bertemu lagi. Dan salam kegagalan. Aku gagal menjadi pintar yang kau maksud. Atau mungkin aku yang salah mengartikan pintar itu apa?

Pintar bukan soal matematika
Tapi soal apa yang ada didiriku yang wajib untuk aku ketahui.

Suka denganmu bukan dengan menjadi apa yang kamu mau. Cukup jadi diri sendiri saja. Karena percuma ini tidak merubah haluanmu. Kamu tetap dengannya dan aku mati kutu.

Read More
    email this       edit

Sabtu, 10 Juni 2017

Published Juni 10, 2017 by with 0 comment

VIDIO APLIKOM TUTORIAL VEKTOR FACE



Read More
    email this       edit
Published Juni 10, 2017 by with 0 comment

Mengenal Camtasia Studio Software dan Vidio Tutorial



Mengenal Camtasia Studio Software dan Vidio Tutorial
Eka PW


Beberapa bulan yang lalu, dosen mata kuliah Aplikasi Komputer menugaskan para mahasiswa termasuk saya untuk membuat sebuah tutorial. Pada saat itu terbelesit dalam pikiran saya untuk turut membut video tutorial layaknya video tutorial yang ada di youtube. Meskipun saat itu dosen saya hanya membatasi untuk sekedar membuat tutorial lewat kalimat dan gambar capture, namun saat itu tetap diselimuti rasa penasaran dengan software apa yang digunakan untuk membuat video tutorial dimana dapat merekam aktivitas pc. 

Dan beberapa bulan kemudian setelahnya, saya dan juga para mahasiswa diperkenalkan dengan software Camtasia. Mungkin sebagian diantara para mahasiwa telah mengetahui bahkan telah lancer dalam menggunakan Camtasia, namun sebagai orang yang masih awam, saya sangat terkesan. Karena saya telah menemukan software untuk membuat video tutorial berikut untuk mengedit video selain corel dan adobe premire.

Camtasia Studio Software ini memiliki fungsi untuk mengcapture screen yang ada pada layar pc. Selain itu camtasia juga dapat digunakan untuk mengidit video seperti penggabuangan dan penambahan transisi atau animasi. Selanjutnya perngkat lunak ini juga dapat mengkonversi format tertentu. Aktivitas pc dapat direkam dengan menggunakan software ini. Software ini dikembangkan oleh TechSmith Corporation. Kita dapat mengetahuinya watermark yang dapat ditambahkan pada video ketika proses rendering

Hampir sama dengan software untuk video editing. Camtasia juga memiliki berbagai efek yang dapat ditambahkan dalam video seperti efek transisi, background music, narrative recording, animation dan sebagainya. Untuk narrative recording, pengguna dapat merekam aktivitas di desktop komputer sekaligus merekam suara pengguna untuk menjelaskan aktivitas tersebut tanpa bantuan microphone eksternal.

Setelah saya mengenal perangkat lunak ini, kemudian saya mencoba membuat sebuah video tutorial. Kali ini saya membuat vidi tutorial face vector. Namun sebelum masuk ke bagian utama video. Saya membuat sebuah video perkenalan diri saya sebagai pembuka video. Saya membuatnya dengan menggabungkan foto-foto saya yang saya tambahkan berbagai clipart dan tulisan serta dengan memainkan beberapa animasi, transisi, dan clip speed untuk mengatur tempo video saya. Pada bagian utama atau pada video tutorial saya menggunakan clip speed dan dipercepat 5 kali dari kecepatan normal guna mempersingkat durasi video. Video yang awalnya berdurasi 45 menit ini menjadi lebih singkat hingga tak sampai 10 menit. Agar tidak terlalu bosan ketika menyaksikan video ini, saya juga menambahkan audio berupa mp3 sebagai selingan.  

Bagaimana cara memperoleh software ini? Kita dapat mendownload dengan mudah melalui internet. Adapun video yang saya buat dapat dilihat dibawah ini. 
  


Read More
    email this       edit